RADEN NGABEHI WIROGATI CIKAL BAKAL DESA JATIMALANG, SENTUL, KOTA BLITAR

 

RADEN NGABEHI WIROGATI CIKAL BAKAL DESA JATIMALANG, SENTUL, KOTA BLITAR




Oleh: Arif Muzayin Shofwan

Pada saat terjadi pemberontakan Trunojoyo di Kraton Mataram, banyak sekali para keturunan Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi Bin Maulana Hamzah Bin Maulana Rahmatullah/ Sunan Ampel/ Haji Bong Swi Ho) yang hijrah hingga ke daerah Blitar dan sekitarnya. Salah satunya adalah Raden Ngabehi Wirogati. Perlu diketahui bahwa Raden Ngabehi Wirogati merupakan keturunan ke-6 dari Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi) yang menjadi cikal bakal berdirinya desa Jatimalang, Sentul, Kota Blitar. Adapun silsilah Raden Ngabehi Wirogati yang berurutan hingga Sunan Tembayat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi)
2.    Raden Ishaq Panembahan Jiwo
3.    Panembahan Minang Kabul Ing Tembayat
4.    Panembahan Masjid Wetan
5.    Raden Ayu Wongsodipo (istri Adipati Martopuro Jepara)
6.    Raden Ngabehi Wirogati Jatimalang, Sentul, Blitar
Dikisahkan bahwa Raden Ngabehi Wirogati memiliki tiga orang istri. Dari salah satu istri Raden Ngabehi Wirogati tercatat memiliki empat orang anak sebagai berikut, yaitu:
1.    Kyai Ponco Hardjo, memiliki satu putra yaitu Mbah Kasimin.
2.    Kyai Mangun, memiliki lima putra yaitu: (1) Mbah Sainem; (2) Mbah Sadjinem; (3) Mbah Sainah; (4) Mbah Sarah; dan (5) Mbah Mangun Karso.
3.    Kyai Djowongso, memiliki sembilan anak yaitu: (1) Mbah Katiyem; (2) Mbah Wongso Sentono; (3) Mbah Wongso Hardjo; (4) Mbah Karsontono; (5) Mbah Kanikem; (6) Mbah Kamisah; (7) Mbah Sopuro; (8) Mbah Asmo Mihardjo; dan (9) Mbah Djojo Kasbi.
4.    Kyai Djojo Hardjo, tidak memiliki keturunan.
Selanjutnya dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa Mbah Kasimin memiliki lima putra-putri yang merupakan cucu dari Kyai Ponco Hardjo, di antaranya: (1) Mbah Saekun; (2) Mbah Tinem; (3) Mbah Sujud; (4) Mbah Sirum; dan (5) Mbah Seno.
Adapun cucu Kyai Mangun dari anaknya yang bernama Mbah Sainem, di antaranya; (1) Mbah Misidjan; (2) Mbah Misiran; (3) Mbah Katilah; dan (4) Mbah Rasmi. Sedangkan cucu Kyai Mangun dari anaknya yang bernama Mbah Sadjinem adalah Mbah Hardjo Diran dan Mbah Sampirah. Sementara itu, cucu Kyai Mangun dari Mbah Sainah ada satu yaitu Mbah Sukinem. Selanjutnya, cucu Kyai Mangun dari Mbah Sarah juga ada satu yaitu Mbah Sakidjo. Terakhir, cucu Kyai Mangun dari Mbah Mangun Karso ada dua yaitu: Mbah Muadji dan Mbah Kardjono.
Ketiganya, cucu Kyai Djowongso dari anaknya yang bernama Mbah Katiyem di antaranya: (1) Mbah Sanidjem; (2) Mbah Samiran; (3) Mbah Samidjah; (4) Mbah Samirah; (5) Mbah Saminah; (6) Mbah Katinah; dan (7) Mbah Isnu Ranu Pranoto. Adapun cucu Kyai Djowongso dari Mbah Wongso Sentono, di antaranya: (1) Mbah Sastrodipuro; (2) Mbah Minah; (3) Mbah Hardjowirjo; (4) Mbah Mariyam; (5) Mbah Kartodihardjo; (6) Mbah Djodjowirjo; (7) Mbah Siswo Sudjono; (8) Mbah Tjokro Rustam; (9) Mbah Ladijo; (10) Mbah Ladiman; (11) Mbah Ruslan; (12) Mbah Kartini; dan (13) Mbah Sunoto.
Selanjutnya, cucu Kyai Djowongso dari putranya yang bernama Mbah Wongso Hardjo, di antaranya: (1) Mbah Kasmi; (2) Mbah Karmidi; (3) Mbah Minem; (4) Mbah Partun; (5) Mbah Wagijem; (6) Mbah Karsitojo; (7) Mbah Ngatirah; dan (8) Mbah Kamidah. Adapun cucu Kyai Djowongso dari putranya yang bernama Mbah Karsontono, di antaranya: (1) Mbah Simur; (2) Mbah Mursijem; (3) Mbah Kardi; (4) Mbah Sudjamilah; (5) Mbah Tumijem; dan (6) Mbah Marsinah. Cucu Kyai Djowongso dari Mbah Kanikem, di antaranya: (1) Mbah Raminem; (2) Mbah Tumidjah; (3) Mbah Lasiman; (4) Mbah Tuminem; dan (5) Mbah Tumilah.
Tak jauh dari hal di atas, cucu Kyai Djowongso dari anaknya yang bernama Mbah Kanisah, di antaranya: (1) Mbah Saripah; (2) Mbah Sastro Kamiran; dan (3) Mbah Sarimah. Sedangkan cucu Kyai Djowongso dari anak Mbah Sopuro, di antaranya: (1) Mbah Hardjo Saimun; (2) Mbah Rusmi; (3) Mbah Rusman; (4) Mbah Sukarmi; (5) Mbah Sutinah; dan (6) Mbah Karmiyatun. Sementara cucu Kyai Djowongso dari anak Mbah Kasmo Mihardjo, di antaranya: (1) Mbah Warti; (2) Mbah Sunarko; dan (3) Mbah Mikapti. Terakhir, cucu Kyai Djowongso dari anak Mbah Djojo Kasbi, di antaranya: (1) Mbah Sukatmi; (2) Mbah Sukatinem; (3) Mbah Sukamto; (4) Mbah Sumilah; (5) Mbah Suparti; (6) Mbah Bedjo; (7) Mbah Sudjono; dan (8) Mbah Sudarmin.
Persebaran keturunan Sunan Tembayat dari jalur Raden Ngabehi Wirogati banyak menyebar di Jatimalang, Sentul, Kota Blitar. Tentu saja, anak cucu Raden Ngabehi Wirogati yang semakin lama semakin banyak tidak hanya menyebar di tempat beliau menjadi cikal bakal desa tersebut. Mereka banyak menyebar ke berbagai daerah hingga Surabaya, Jakarta, dan lain sebagainya. Tak berhenti di situ saja, pertemuan perkawinan dari antarketurunan pun juga terjadi sebagaimana dalam keturunan-keturunan Sunan Tembayat lainnya. Tentu saja, hal yang demikian seakan-akan membentuk jaring laba-laba secara alamiah (natural). Semoga tulisan ini bermanfaat. Amin.


Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang pada tahun 2020 pernah disebut oleh Ki Ageng Tapel Wates dengan sebutan “Ki Waskita” tersebut hingga kini masih tetap memiliki hobi menulis dan membaca. Yakni, menulis apa saja yang dapat dia tulis sesuai kreasi dan inspirasi yang diperolehnya. Begitu juga, membaca apa saja yang dia sukai. Selain itu, dia juga suka berziarah ke berbagai makam para wali, tokoh agung, kyai, syaikh, sunan, dan lain sebagainya. Pria penyuka wedang kopi dan rokok tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

http://arifmuzayinshofwan.blogspot.com/2016/10/raden-ngabehi-wirogati-cikal-bakal-desa.html
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url